Sejarah
Museum Jakarta
Museum
yang saya kunjungi disini merupakan sebuah museum yang sangat bersejarah i Stadhuis tulah nama
semula dari gedung museum fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah
sebuah museum yang terletak di Jalan Taman
Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas areal selurunya 13.588 m2
Gedung ini pertama kali di bangun pada
Thn 1620 oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoen Coen, yang digunakan sebagai
Staadhuis sampai Thn 1627 karna kegiatan VOC semakin meningkat , maka di bangun
gedung baru ditempat yang sama.Gedung baru itu bertahan sampai Thn 1707 selanjutnya
(Gubernur Jendral Joan van Hoorn)
pada tanggal 25 Januari 1707 mulai di bangun gedung baru( gedung yang sekarang
) peletakan batu pertama oleh putri gubernur Jenderal Joan Van Hoorn, yang
bernama ( Petrolina Willemina Van Hoorn )
Adapun perencanaannya oleh WJ.Van Der
Veld, dan pembuatan nya di pimpin oleh
J.Kemmers. selesai pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Abraham Van
Riebeeck, kemudian di resmikan pada tanggal 10 juli 1710. dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) Bangunan itu
menyerupai Istana
Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama
dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang
digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang
dipakai sebagai penjara.
Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja Mataram Yogyakarta, pernah menyerang Batavia dua kali, yakni pada tahun 1628 dan tahun 1629. Pada penyerangan yang kedua itu pasukan Sultan Agung mampu membakar gedung Staadhuis tersebut. Gedung Staadhuis itu ternyata tidak hanya berfungsi sebagai kantor Balai Kota saja, akan tetapi juga sebagai kantor Dewan Urusan Perkawinan, Kantor Balai Harta (Jawatan Pegadaian) dan kantor Pengadilan (Raad Van Justitie). Oleh karena itu gedung Staadhuis tersebut oleh masayarakat dikenal juga sebagai Gedung Bicara.
Karena gedung juga berfungsi sebagai kantor pengadilan maka dilengkapi pula dengan sel atau ruang penjara sementara menunggu fonis pengadilan. Ruang penjara itu berada di lantai dasar dibagian belakang. Hal yang menarik adalah, bahwa digedung Staadhuis itu pernah ditawan beberapa pahlawan nasional, antara lain Pangeran Diponegoro, sebelum dibuang ke Makasar (Ujung Pandang), dan Cut Nyak Dien pahlawan wanita yang berasal dari Daerah Istimewa Aceh. Selain itu pula orang Cina dan bahkan orang Belanda yang melawan pemerintah. Kasusnya bermacam-macam, selain kasus politik ada juga kasus utang-piutang dan kasus kriminal.
Pada tahun 1925 sampai Jepang masuk ke Indonesia, gedung Staadhuis tersebut menjadi Balaikota Propinsi Jawa Barat oleh pemerintah Hindia Belanda. Setelah perang kemerdekaan sampai dengan bulan desember 1945 menjadi Balai kota Propinsi Jawa Barat dan selanjutnya dijadikan Kantor Kodim 0503 Jakarta Barat, sedangkan dibagian belakang untuk tempat tinggal keluarga. Ketika dijadikan kantor KODIM 0503, Taman Fatahillah didepannya yang luas itu pernah berfungsi sebagai terminal bis kota. Akhirnya pada tahun 1972 Pemerintah DKI Jakarta memugar gedung tersebut dan diresmikan sebagai menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974
Beberapa koleksi Gambar yang ada di museum sejarah Indonesia
di antaranya yaitu :
Kapal Portugis ( "Nau" Portugis )
kapal dengan Dek ganda, berkapasitas 200 tun*
jenis kapal ini mempunyai 3 tiang dan membawa persenjataan
berat, karna ukuran palka yang sangat besar perlu dibawa tolak bara
berat untuk menjaga keseimbangan.
Gambar.1
Peninggalan Prasejarah Masa Bercocok Tanam.
Sebelum logam di kenal dan alat-alat kebudayaan
terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang
Demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu bercocok tanam.
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman itu
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarah
3. Alat-alat musik yang ada di museum sejarah jakarta.
Salah satu koleksi meriam yang ada di museum sejarah jakarta
Plang peringatan Pembangunan museum
fatahillah yang dulun nya Balai Kota
Patung Hermes yang berada
di ruangan terbuka.
Perbendaharaannya mencapai jumlah 23.500 buah berasal dari warisan Museum Jakarta Lama (Oud Batavia Museum), hasil upaya pengadaan Pemerintah DKI Jakarta dan sumbangan perorangan maupun institusi. Terdiri atas ragam bahan material baik yang sejenis maupun campuran, meliputi logam, batu, kayu, kaca, kristal, gerabah, keramik, porselen, kain, kulit, kertas dan tulang. Di antara koleksi yang patut diketahui masyarakat adalah Meriam si Jagur, sketsel, patung Hermes, pedang eksekusi, lemari arsip, lukisan Gubernur Jendral VOC Hindia Belanda tahun 1602-1942, meja bulat berdiameter 2,25 meter tanpa sambungan, peralatan masyarakat prasejarah, prasasti dan senjata.
Koleksi yang dipamerkan berjumlah lebih dari 500 buah, yang lainnya disimpan di storage (ruang penyimpanan). Umur koleksi ada yang mencapai lebih 1.500 tahun khususnya koleksi peralatan hidup masyarakat prasejarah seperti kapak batu, beliung persegi, kendi gerabah. Koleksi warisan Museum Jakarta Lama berasal dari abad ke-18 dan 19 seperti kursi, meja, lemari arsip, tempat tidur dan senjata. Secara berkala dilakukan rotasi sehingga semua koleksi dapat dinikmati pengunjung. Untuk memperkaya perbendaharaan koleksi museum membuka kesempatan kepada masyarakat perorangan maupun institusi meminjamkan atau menyumbangkan koleksinya kepada Museum Sejarah Jakarta.
Alamat :Museum Sejarah Jakarta
Jl. Taman Fatahillah No. 1 Jakarta Barat
Telp (62-21) 6929101, 6901483
Fax. (62-21) 6902387
email: museumsejarah@yahoo.com
Telp (62-21) 6929101, 6901483
Fax. (62-21) 6902387
email: museumsejarah@yahoo.com
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillah